Skip to main content

Inspirasi di sponsori oleh rasa sakit hati

Hal yang paling sulit gue lakukan ketika menulis adalah membayangkan orang yang sedang jatuh cinta, lalu mendeskripsikannya melalui sebuah tulisan. Mungkin itu salah satu alasan kenapa gue hanya lancar berkarya ketika sedang sakit hati.

Buat gue, jatuh cinta itu sulit diungkapkan karna ketika gue lagi bahagia, gue cuma bisa mikirin satu perasaan, ya bahagia itu sendiri. Gue ga pernah mikir ke depannya akan menjadi apa yang penting gue bahagia saat itu, sehingga gue nggak bisa mikir apa-apa selain perasaan bahagia itu, bahkan kepikiran untuk nulis perasaan bahagia itu aja nggak, karna terlalu sibuk sama 'dunia kebahagiaan' gue saat itu. Beda halnya ketika gue lagi sakit hati, rasanya inspirasi selalu ngalir di kepala gue dan perasaan untuk nuangin ke tulisan itu sangat besar. Karna ketika gue sakit hati gue pasti memikirkan ke-sakit-hati-an gue, mikirin kesenangan orang lain karna ke-sakit-hati-an gue, mikirin gimana caranya biar gue sembuh dari ke-sakit-hati-an gue itu, dan hal-hal lainnya yang memicu gue untuk berfikir sampai akhirnya banyaklah itu inspirasi keluar dari kepala (dan dari hati tentunya :p). Karna sekuat apapun diri lo, sekuat apapun hati lo, kita cuma manusia biasa yang ingin dipedulikan ketika kita sedang terpuruk. Coba gue tanya, berapa banyak orang di sekeliling lo, yang ketika mereka lagi bahagia banget karna jatuh cinta, mikirin orang yang di luar sana yang lagi sakit hati karena kebahagiaan dia? Rata-rata dari mereka (termasuk gue mungkin) kadang suka lupa kalo nggak selamanya kebahagiaan mereka menjadi kebahagiaan orang lain juga.

Mungkin itu alasan lain kenapa di Timeline Twitter kalian lebih sering menemukan orang galau daripada orang yang sedang jatuh cinta....

....karna ketika lo sakit hati lo pgn dunia melihat lo dan ketika lo bahagia, lo nggak perlu dunia melihat lo karna lo sedang berada di dunia lo sendiri.

Comments

Popular posts from this blog

I Just Suddenly Miss You - Part 2

Kata Afgan, jodoh pasti bertemu. Setelah gue lulus SMA kabar terakhir yang gue denger dari Acil itu dia mau masuk Akpol. Sedangkan gue ngelanjutin kuliah di universitas swasta. Tapi, siapa sangka tau-tau gue bisa ketemu dia lagi di universitas yang sama, jurusan yang sama, dan kelas yang sama pula. 2010. Akhirnya gue ketemu lagi sama si Acil. Begitu tau gue sama dia sama-sama satu kampus, dia langsung ngontak gue. Kita sempet beberapa kali ke kampus bareng. Apalagi waktu jamannya masih ospek, kalo dia sempet pasti di jemput gue dan ke kampus bareng. Namanya juga masih baru lulus SMA, wajar kalo masih kebawa suasana jaman sekolah dulu. Jadi pernah suatu kali gue pergi nonton berdua dia, nonton Ninja Assassin atau apalah namanya itu, di Puri. Gue sempet bilang sama dia kalo kita ketemuan aja di Puri. Tapi dia malah bilang, "Gue cowok. Selagi gue bisa kenapa lo harus jalan sendirian. Nggak gentle amat gue." ,ciegitu. Nggak ada yang spesial sih dari kejadian selama ...

A Stranger Who Became My Lover

For the first time di 2016 nulis blog lagi. Sebenernya udah lama banget pingin nulis blog lagi, curhat kejadian sehari-hari di blog, tapi kenyataannya menulis blog bukan hanya sekedar mengetik, tapi juga mengumpulkan potongan-potongan memori yang udah lewat dan berusaha disusun kembali biar jadi cerita. Kayak sekarang yang lagi gue lakuin ini. Back to Agustus 2015, di mana sahabat gue yang kampret itu downloadin aplikasi Tinder di hp gue. Terus gue sempet, "Ngapain sih lu download aplikasi ginian??", walau akhirnya menikmati mengobrol dengan strangers lewat App itu. Emang ya namanya juga manusia, rasanya kadang sulit untuk tidak menjilat ludah sendiri. Sebab gue masih inget banget gimana ngototnya gue ketika gue bilang, "Ini aplikasi cuma buat lucu-lucuan doang, yakali gue beneran pacaran serius sama orang dari dating app gini" ke diri gue sendiri dan ke sahabat gue itu. Sampai akhirnya satu lelaki ini muncul dan membuat gue akhirnya harus menjilat ludah gu...

The Art of Letting Go

"What is coming is better than what is gone." 6 tahun yang lalu saya pernah ketemu sama seseorang, anaknya nggak tinggi, putih, charming. Waktu itu saya masih punya pacar, begitu pun dia. Bisa ketemu dia pun juga karna dia lagi main sama pacar saya waktu itu. Terus entah sejak kapan dia jadi pembalap saya juga nggak tau, dia bisa-bisanya nikung temen dia yang notabene adalah pacar saya saat itu. Ya sayanya juga mau sih sama dia, hahaha. Saat itu hubungan saya sama pacar saya emang nggak bagus, dia sendiri sebenernya udah hampir putus sebelum ketemu sama saya. Dalih-dalih curhat ya kita jadi deket. Lupa awalnya gimana yang jelas hubungan kita makin deket. Saking deketnya saya sampe bertanya-tanya kita ini apa? Lalu beberapa hari atau malah minggu dia nembak saya. Terus saya tolak. Ppfftt. Setelah itu saya nggak pernah berhubungan lagi sama dia. Pokoknya saya akhirnya jadian sama orang lain. Selama bertahun-tahun berlalu saya awet sama pacar saya. Sampe akhirnya di per...